Balada Mama Balabala

Suatu hari di minggu terakhir Februari 2020
.
.
Malam2 di kamar tidur kami, ada Daddy & Ciacia di dalamnya. Saya di bawah beberes meja makan lalu menyusul ke kamar untuk menggiring Ciara mandi. Ciacia berbaring di atas kasur membelakangi Daddynya di ujung sisi kasur yang satu lagi. Mukanya bengong menuju sedih. Diam tanpa suara. “Ada yang aneh ni”, pikir saya. Langsung saya bertanya kenapa ke Ciacia. Ayahnya yang menjawab: “Tadi dia loncat2 di kasur terus kesenggol aku. Aku uda bilang jangan lompat2 di atas kasur.” Oh, muka Daddynya lagi ketekuk juga ya ternyata. Haha. Yah, cekcok lagi ni bapak-anak.
.
Segera saya ajak Ciara untuk mandi. Keluar dari kamar, dia nampaknya makin sedih. Gak nangis tapi mata mulai berkaca-kaca. Gak bilang apa-apa cuma ogah2an diajak mandi. Saya bawa dia ke kamar sebelah lalu menanyakan duduk perkaranya ke Ciacia. Saya tanya uda minta maaf belum. Katanya belum. Saya ajak dia untuk minta maaf ke Daddynya namun dia belum mau. “Ya sudah, habis mandi ya minta maafnya,” ujar saya. Kamipun mandi bersama. Setelah mandi, dia menepati janji untuk minta maaf ke Daddynya. Daddynya hanya menjawab ya dengan singkat. Dongkolnya masi kelihatan di mukanya. Hehehe. Saya dan Ciacia kembali ke kamar bermain untuk quality time.
.
Saya turun ke bawah untuk mengambil buah buat Ciacia. Dari bawah terdengar suami saya masuk ke kamar bermain Ciacia. Gak berapa lama, diapun turun dengan muka yg sedikit lebih cerah, hehehe. Lalu diapun cerita sesuatu ke saya.

Chrys: “Tadi Ciacia sweet banget.”
Agnes: “Oh ya, kenapa?”
Chrys: “Tadi kan aku minta maaf ke dia. ‘Sori ya Daddy tadi marah2 ke kamu. Daddy jg kaget kena tabrak kamu pas loncat2. Kan sakit kena Daddy.’ Terus tau ga dia bilang apa?”
Agnes: “Bilang apa dia?”
Chrys: “Katanya gapapa Daddy, sambil liatin mukaku gitu. Ya ampun :(”
Agnes: “Oh ya?? Hehehe”

Malam itu saya & Chrys ngobrol sebentar. Kadang2 kami gemes geregetan sama dia kalo lagi berulah. Gondok campur dongkol. Di sisi lain, dia juga bisa mengajarkan ke kami arti ketulusan dalam memaafkan. Yah mungkin karena masih kecil jadi gampang lupa juga. Namun pelajaran ketulusan seperti ini rasanya udah susah ketemu di manusia-manusia dewasa yg ada di sekitar kami. Padahal ini pelajaran termulia yg Tuhan ajarin bukan? Bahkan ke pasangan kami masing2, tidak mudah juga kami belajar dg tulus memaafkan saat terjadi konflik. Malam itu kami termenung dan tertegur. Bersyukur untuk pelajaran besar yang kami justru peroleh dari seorang anak berusia 3 tahun. Semoga kamipun terus belajar melepaskan ego kami dan punya hati yang tulus seperti anak-anak.

9 Februari 2020
.
.
Kadang waktu saya & suami sibuk, energi tersedot ke berbagai aktivitas, tangki mengasihi ke anak ini rasanya sudah habis. Apalagi kalo anaknya sedang berulah. Sedikit lagi rasanya bisa berubah menjadi Momzilla, GROAR….
.
.
Malam dimana kami selesai merayakan ulang tahun Ciara yg ketiga kalinya, Ciacia tetiba cranky nangis untuk masalah sepele, yaitu makan buah naga. Bisa jadi dia sudah ngantuk. Entahlah. Sayapun uda susah berpikir jernih & obyektif. Serius susah! Saya cuma mau tidurrrrr. Capeee. Tapi kenapa ni anak reseee? . Empati saya nol. Melihat anak semakin menangis, saya malah makin kesal. Padahal baru beberapa minggu lalu, saya & Chrys KTB membahas tentang amarah dalam keluarga. Ayat2 yg saya coba ingat kok tiba2 samar2, hilang dari ingatan. Entah gimana saya juga ga jadi ngamuk, cuma ya itu saya tetep sebel sama dia. Akhirnya kami bisa sama2 bersiap untuk tidur.
.
.
Sebelum tidur saya hanya terdiam. Udah males ngomong apa2. Tapi saya juga sambil berpikir: “Susah sekali ya ampun Tuhan buat sabar di kondisi seperti ini. Habis bensinku, Tuhan”. Rasanya skeptis denger lagu tentang kasih ibu yang katanya “tak terhingga sepanjang masa”. Masa sehhhhh?
.
.
Di tengah keheningan sebelum tidur, Ciacia tiba2 memeluk saya dari belakang sambil berkata: “I love you, Mama”. Saya cuma jawab, “Hmm”. Dingin & masih kesal. Tapi saya juga gak nyaman. Bukankah anak saya sedang berusaha menunjukkan bahasa kasihnya? Bukankah nanti ketika dia besar bisa saja dia yg makin enggan untuk berkata I love you? Kenapa hati saya masih dingin? Campur aduk rasanya. Ada kesel tapi merasa bersalah juga. Dan akhirnya kami berdua tertidur.
.
.
Pagi2 saya terbangun, lalu terpikir untuk menulis jurnal ini. Rasanya ada yg harus saya bereskan dulu dg Tuhan. Rasanya ada sikap hati saya yg salah. Rasanya saya ini makhluk yg tidak gampang mengasihi. Namun pada akhirnya saya kembali kepada sebuah pertanyaan dasar (yang mungkin dilempar sama Tuhan): Maukah saya belajar LAGI untuk mengasihi? Maukah saya melembutkan hati dan meminta pertolongan Tuhan ketika saya merasa susah bgt untuk sabar? Maukah saya sendiri menerima didikan Tuhan ketika saya sedang diajar mengenai amarah?
.
.
Semua pertanyaan itu bergantung pada saya. Dan lewat jurnal ini, saya rasa gak ada jalan lain yg lebih baik selain berkata dengan segala kerendahan hati saya: Mau, Tuhan, saya mau…

26 Juni 2019

Ga kotor, ga belajar!

“Hadew, barantakeun ieu. Barantakeun.”
.
“Yah, jatoh deh.”
.
“Duh, bau deh bajunya.”
.
Kutipan di atas udah reaksi otomatis saya kalo bocah makan kyk di gambar. Gatel yah liatnya. Apalg kalo makan kuah2an. Tapi suatu sore saya rasanya ditegur sama Tuhan sebelum mulut bersuara yg biasanya.
“Katanya kamu mau anakmu pinter makan sendiri. Lah dari tadi kamu olahraga, dianya sibuk suapin sendiri. Piye toh? Terus kamu ini ojo keluarnya kritikan wae sama hasil belecetan pasca makan anakmu. Hargai proses mandirinya. Hargai ketidaksempurnaannya. Karena memang itu bagian dari proses. Karena proses yg dijalani dg tekun lebih bermakna ketimbang hasil yg baik.”
.
Hehe. Batal menghardik, sayapun ceklik ceklik. Ini pelajaran berharga yg harus diabadikan krn sy suka lupa. Lebih mudah mengkritik lalu lupa bersyukur. Ketimbang diam lalu menghargai dan memaknai proses hidup. Tolong saling ingatkan ya.

31 Januari 2020

MUMET NDASKU!

Siapa sih di dunia ini yg ga pernah mumet? Malah kita mah suka ngadu2an masalah siapa yg paling berat lewat sosmed masing2. Ya sama kok, saya juga pernah mumet.

Mumet kerana problema hidup yg datang silih berganti. Mau ngapa-ngapain ingin berhenti. Males beraksi. Pada makanan kuberlari. Namun hati tetaplah empty. Dan pikiran kuatir ke sana sini.

Pada suatu waktu mumet, Ciabala tentunya tetap rikues minta dibacain buku sebelum tidur. Setengah niat saya iyain. Padahal muales bgt akutu. Bisa ga sih langsung tidur aja? BISA GA SIH MASALAH KELAR ABIS BANGUN TIDUR? Dia pilih buku judulnya Alkitab 123. Pas baca, sampailah ke halaman ini. Di halaman ini saya pun terdiam.

“Jadi ini saya yg lagi ceritain ke Ciacia, apa Tuhan yg lagi ‘cerita’ ke saya?” nanya gitu saya dalem ati. Siapapun boleh anggap ini hanya kebetulan. Tapi bagi saya ini komunikasi supranatural yg amat sangat personal. Bahkan sebelum saya mengadu, Dia sudah punya cara untuk menghibur saya. Postingan ini saya tujukan buat kamu yg lagi mumet ndas’e. Kamu ndak sendiri. Bersiap untuk terheran-heran dg cara Dia untuk menghibur kamu.☺️

1 Oktober 2019

.

Beberapa waktu yg lalu, saya merasa jenuh saat bersaat teduh. Gimana ya rasanya? Hmm. Kayak garing gitu. Bosen baca renungan. Pengen baca sesuatu yg baru. Bingung jg doanya gitu2 aja. Akhirnya saya mencoba untuk bertanya pada sesama teman2 ibu Kristen saya. Ada tipskah agar saat teduh lebih bervariasi?

.

Sarannya bermacam-macam. Baca buku rohani. Dengar lagu rohani. Ada yg memberikan materi renungan lain. Bahkan saat teduh dg file audio. Namun saya tertegur dengan satu saran sederhana teman saya.

“Yg terpenting di sate adalah be still trs Tuhan mau bicara apa n connect seharian.”

Tertegur sekali hati ini rasanya. Selama ini dg metode yg biasa saya lakukan, hati sebenarnya juga masih belum fokus2 amat. Belum konek2 bgt sama Tuhan. Apa jaminan kalo saya ganti metode lain saya akan makin bertumbuh kalau hal yg paling dasar saya masi belum beres?

.

Kalimat sederhana itu menjadi reminder saya sampai sekarang. Metode selalu ada banyak. Tapi hati yg selalu fokus, konek sama Tuhan, tenang dan bener2 mau denger Tuhan mau bilang apa ke saya hari itu, saya rasa itulah yg harus dibereskan terlebih dahulu. Mari semangat lagi berelasi setiap hari bersama Tuhan. Jossss!

4 Oktober 2019

.

Ceritanya besok kami mau KTB BIKK. Temanya Sukacita dalam Keluarga. Kebetulan kami bisa pergi berdua sebentar untuk mempersiapkan bahan. Rasanya senang bisa siapin bareng2 dengan mantap. Ada banyak hal yg Tuhan kuatkan di diri kami. Tuhan ingatkan kembali hikmah rohani dari pengalaman kami di masa lalu. Masa-masa dimana kami sulit bersukacita. Huhuhu.

.

Malam pun datang. Waktunya tidur. Tidak disangka ujian dari pembahasan kami di siang hari tadi langsung datang. Ciacia tiba2 merengek2 dan marah2 sendiri sehingga dia sulit tidur. Gak jelas juga kenapa. Padahal saya dan Chrys sedikit lagi sudah hampir masuk ke pintu gerbang mimpi. Mendengar ocehan Ciacia, ambyar sudah semuanya. Buyar. Segar. Hilang nafsu tidur kami. Sayapun kesal. Saya bawa Ciacia ke kamar bermain. Tangan saya menggendong dia dengan gemas. Pita suara saya sudah pasang kuda-kuda. Rentetan kalimat penuh emosi sudah siap ditembakkan. Anaknya gimana? Belum saya ngapa2in uda nangis ngamuk jerit2 ga jelas. Saya takut juga Chrys mengamuk karena tidak sabar menghadapi Ciacia.

.

Tiba2 Chrys masuk. Jeritan Ciacia semakin menjadi. “Sini Ciacia, Daddy mau ngomong sama kamu,” suara Chrys lebih lembut namun tegas. Gak seperti orang lagi marah. Dia bilang ga lagi marah ke Ciacia. Ciacia sebenernya uda ketakutan. Takut makin dimarahin atau dirotan sama Daddynya. Akhirnya mereka bicara berhadapan muka. Saya tertunduk lemas sambil memegang kepala. CUAPEK DAN KESEL BANGET RASANYA. 😭😭😭. Bener2 mau marahin atau mau langsung rotan aja. Bersyukur Daddynya langsung ambil alih untuk bicara dengan Ciacia. Sayapun berusaha cooling down. Sembari merasa aneh, karena kok tumben Chrys ga seemosi yg biasanya. Chrys bicara baik2 dg tenang ke Ciacia, meminta agar Ciacia meminta maaf ke saya. Mengingatkan dia bahwa Mamanya sudah capek (BANGET😭). Akhirnya saya memaafkannya. Memeluknya. Sambil menghela nafas dalam-dalam. Malam itu diputuskan Ciacia tidur di samping saya persis agar lebih tenang (sebelumnya tidur di kasur dia sendiri). Chrys tidur di lantai.

.

Ciacia akhirnya tidur. Sebelum dia tidur, saya sempat ke WC. Menangis. “Baru tadi siang dibahas soal sukacita, Tuhan. Malem langsung ngalamin ginian. Kok susah banget sih, Tuhan, untuk bersukacita? Apa aku terlalu egois sebagai Ibu? Apa aku masih cuma mikirin diri sendiri?” protes saya sambil duduk di atas toilet. Di kamar, saya dan Chrys akhirnya ngobrol sebentar. Ternyata masing2 dari kami belajar sesuatu dari kejadian barusan.

.

Chrys belajar satu hal bahwa Alkitab punya pola pikir yg berbeda dengan apa yg selama ini kita jalani.

Yohanes 3:16 (TB) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Perhatikan kata2 yg dicetak tebal. Beberapa perikop juga nampak ada pola seperti itu.

Karena…, sehingga…, supaya…

Yg pasti karenanya itu selalu dimulai dengan anugerah dan karya keselamatan Allah. Semua itu menjadi dasar kenapa kita berbuat baik. Kenapa kita bertanggung jawab kepada Tuhan. Kenapa kita melayani. Kenapa kami harus mendidik Ciacia. Semua berdasar pada anugerah Allah dahulu. Berbeda sekali dg pola pikir manusia pada umumnya. Saya berusaha supaya saya sehat/kaya/bahagia. Anugerah Allah dihilangkan. Diri sendiri menjadi pusat pencapaian. Akhirnya hanya frustrasi yg didapatkan. Kesia-siaan. Kehilangan arah bahkan makna. Ah, betapa seringnya kamipun terjebak dalam pola pikir seperti itu. Hal inilah yg akhirnya membuat Chrys menjadi lebih sabar. Lebih tenang dalam menghadapi Ciacia. Kami mulai belajar bahwa semuanya dimulai dari anugerah terlebih dahulu. Kasih Allah kepada kami yg menjadi dasar dari segala tindakan kami terhadap Ciacia. Sungguh amat tidak mudah dipraktekkan oleh kami manusia yg super lemah dalam menangani emosi ini. Namun bagaimanapun kami sadar pembaharuan pikiran inilah yg menjadi titik awal perbaikan cara mendidik kami menjadi lebih baik lagi di dalam Tuhan. Ya Tuhan, mampukan😭🙏!

.

Akhirnya saya juga belajar menerima kenyataan bahwa mengasihi bukanlah tentang diri sendiri. Bukan juga senaif hanya berfokus pada pemenuhan kebahagiaan orang yg dikasihi. Mengasihi Ciacia karena Allah lebih dahulu mengasihi saya. Jadi ya pasti ga nyaman, karena kesenangan diri yg dikesampingkan. Ada pengorbanan. Tidak mudah. Namun bersyukur pemahaman “karena” tadi menjadi kekuatan bagi saya untuk terus berjuang mengasihi Ciacia. Malam itu kami bersyukur walau kurang tidur. Karena Tuhan kembali menguatkan dan mengingatkan. Kiranya Tuhan yg pimpin kami selalu.

6 Oktober 2019

.

Minggu ini sudah diputuskan. Ciacia akan masuk TK di rumahnya sendiri. Kata lainnya, kami sepakat menjalani Homeschooling (HS) bersama Ciacia. Paling ngga sampai sebelum SD. SD lanjut HS atau engga belum tahu. Sembari itu kami akan coba tetap survey sekolah2 formal di sekitar kami.

.

Ada banyak pertimbangan pastinya. Saya sendiri sebenarnya secara pribadi sangat menikmati waktu2 ketika mengajar Ciacia. Ga tau ya kenapa. Rasanya seru dan menantang sekaligus. Namun saya terus menguji diri. Ga mau cuma sebatas aktualisasi diri. Bener2 harus jujur apa ini benar panggilan saya. Gentar ada. Kuatir ada. Sanggup ga ya konsisten mendisiplin anak sendiri? Stres ga ya nanti? Ada me time ga ya nanti? Ga tau jg bisa ngajar Ciacia sampai kapan. Namun ada kerinduan yang besar untuk bisa melewati proses pendidikan bersama Ciacia. Rindu banget bisa menanamkan rasa cinta pada proses belajar itu sendiri.

.

Chrys sendiri juga ada rasa gentar. Namun dia juga menilai bahwa kondisi kami yg saat ini berwirausaha dalam bisnis keluarga sebenarnya memberikan fleksibilitas dalam membagi waktu bersama Ciacia. Rasanya HS lebih mudah disisipkan dalam jadwal keluarga kami ketimbang jika kondisinya kami harus kerja kantoran. Chrys sendiri berharap ada dampak yg positif dari HS dimana bonding time antara orang tua dengan anak lebih banyak sehingga menguatkan relasi di antara keduanya.

.

Entahlah. Setelah Ciacia genap berusia 3, kegiatan belajar akan coba dimulai. Banyak yg harus dipersiapkan. Hati, ilmu. Tiba2 otak rasanya penuh mikirnya. Hahaha. Semoga kami ga lupa untuk mempersiapkan 1 hal yg paling penting. Doa. Doa dengan sungguh menyerahkan kekuatiran dan kelemahan kami sebagai orang tua. Huff. God leads.

18 September 2019

.

Pernah ga sih nonton sidang DPR di layar kaca? Kalo pernah, pastinya ga asing sama istilah interupsi. “Interupsi, Pimpinan Sidang!”, seru salah seorang anggota DPR. Perkataan tersebut harus diucapkan anggota sidang sebelum mereka mengemukakan pendapat mereka. Minggu ini kami sedang mengajarkan etika interupsi kepada Ciacia. Huff.

.

Kadang-kadang ketika Chrys pulang kerja dan duduk makan malam, dia ingin punya waktu ngobrol ringan sebentar dengan saya. Kebayang ya, pulang2 abis kerja dari luar rasanya capek, lapar. Masalahnya pas kami ngobrol, Ciacia pun juga pengen nimbrung nyaut. Ngomongnya bisa nyambung, bisa ngga. Namun yang pasti, dia suka sekali memotong di tengah pembicaraan kami berdua. Kalo kami ga ngerespons ucapan dia, dia akan berulang-ulang manggil salah satu dari kami. Mengganggu banget dan sering memancing emosi kami berdua. Uda sering Ciacia begitu. Mulai dari teguran halus, peringatan keras, time out, dan rotan pun sudah dilakukan untuk mendisiplinkan dia. Huff.

.

Suatu pagi, Ciacia mengulang hal yg sama. Daddynya sampai harus teriak “Hei!” sampai Ciacia stop bicara. Obrolan saya dengan suamipun berhenti. Suami kesal lalu naik ke atas, meninggalkan saya dan Ciacia di lantai bawah. Dalam kondisi Ciacia berulah, salah satu prinsip yg harus diingat kami adalah, kalau salah satu pasangan mulai capek / emosi, pasangan yg lain sebaiknya harus lebih tenang. Kalo dua2nya ikut emosi, yg ada hanya marah untuk melampiaskan kekesalan ke Ciacia saja. Saya yg mumpung masih lebih adem mendekati Ciacia. Akhirnya saya bilang begini ke dia:

“Ciacia, Mama sm Daddy kan uda sering bilang. Kalo kami lagi bicara, Ciacia ga boleh berisik. Ga boleh teriak2. Kalo mau ngomong, tunggu kami selesai bicara dulu. Sekarang kamu beresin sama Daddy. Minta maaf ya. Kalo ga minta maaf, nanti hatimu sedih terus. Nih, Mama ajarin, kalo Ciacia mau ngomong pas Mama Daddy lg ngobrol, kamu tepuk badan Mama/Daddy, terus bilang Ciacia mau ngomong. Kalo kami bilang tunggu berarti kamu harus tunggu ya. Kalo kami bilang ya, kenapa, baru kamu boleh ngomong. Kalo 3 kali peringatan dari Mami / Daddy, Ciacia ga mau tunggu buat ngomong, kami rotan ya. ”

Ciacia setuju. Setelah itu, dia minta maaf dengan Daddynya. Daddynya jg minta maaf karena sudah teriak di depan Ciacia. Sayapun memberi tahu suami tentang kesepakatan interupsi yg saya ajarkan ke Ciacia sebelumnya. Huff, semoga dia mengerti.

.

Keesokannya saat kami ada kesempatan ngobrol berdua kembali di pagi hari, Ciacia yang sedang sarapan mau interupsi kembali. Saya sambil kerja di depan laptop merasa ada yg menepuk tangan saya berkali-kali. Masi ga ngeh, Ciacia bilang: “Aku mau ngomong, Mama.” Saya terkejut sambil tertawa, “Oh iya, ada apa Ciacia?”. Tidak disangka, langsung dia praktekkan ajaran interupsi saya. Langsung saya puji, “Wah, Ciacia good job ya! Ga sembarangan motong Mami Daddy lagi ngobrol.”

.

Saya bersyukur banget Tuhan kasi hikmat supaya saya bisa dg tenang ajarin Ciacia untuk lebih sopan dan lebih sabar untuk bicara. Jadi diingatkan juga sbg org dewasa untuk ga sembarangan motong pembicaraan orang lain. Bersyukur juga Tuhan kasi kesabaran untuk membicarakan hal ini dengan Ciacia. Kalo saya ikutan emosi, yah wassalam deh. Anak jadi ga nangkep donk nilai yg mau dibagikan. Bersyukur Tuhan mampuin saya yg lemah ini. Semoga bisa jadi momen peringatan yg baik buat tantangan mendidik Ciacia dalam hal2 yg lain. SEMANGATTT! 🔥🙏

6 September 2019

.

Blog kali ini saya mau sederhana saja. Saya hanya mau bersyukur dan bersyukur. Tanggal 28 minggu lalu, saya genap memasuki usia 33. Tidak ada pesta besar. Hanya perayaan kecil bersama manusia-manusia kesayangan saya. Daddy & Ciacia. Makan malam di restoran yang saya sudah request ke Pak Suami. Saya kangen makan sushi enak. Jadi berangkatlah kami sore itu ke restoran sushi yang sudah bercokol di Indonesia sejak lama itu.

Entah kenapa bisa makan sushi yg proper aja rasanya senengggg bgt. Saya jadi ingat suami pernah berkata: “Apa yang kita alami sekarang ini sebenernya adalah apa yang kita inginkan di masa lalu”. Sayapun mulai berpikir dan mengiyakannya. Kira2 apa ya yg dulu saya inginkan dan sekarang ini saya bisa menikmatinya? Hmmm…

.

Tempat Tinggal 

Dulu sebelumnya kami tinggal di toko kue di lantai atas yang lokasinya berada persis di pertigaan jalan. Bukan area perumahan. Pusat niaga dimana hampir sekeliling kami ada aja rupa-rupa usaha dagangnya. Polusi suara dan udara sudah jadi hal yg biasa dulu. Ruang gerak bermain Ciacia pun terbatas. Sekarang setelah pindah ke perumahan cluster (walau masih sewa : p), kami sungguh sangat mensyukuri tempat tinggal yg lebih bebas polusi dan menyediakan banyak area bermain yg aman untuk Ciacia. THANK YOU, GOD 🙂

Struktur Hidup

Seiring dengan terpisahnya tempat tinggal dan tempat usaha kami, hidup kami jadi lebih teratur karena tidak bergantung pada jam buka toko. Ciacia juga berhasil disapih sehingga waktu tidur kami lebih panjang dan berkualitas (Ciacia jarang kebangun lagi di tengah malam). Ruang gerak yang lebih luas memudahkan saya untuk mengatur area kerja saya di rumah dan area bermain Ciacia. Pekerjaan jadi lebih cepat selesai dan kami bisa tidur bersama2 (kalo dulu, karena pekerjaan banyak yg belum selesai, saya masih harus lanjut kerja setelah Ciacia tidur, huhu). Dan karena jam tidur lebih teratur, jam bangun ikutan teratur. Saya jadi lebih mudah bangun pagi dan punya waktu teduh bersama Tuhan. Yeay! Oh ya, ada laptop baru jg memudahkan saya bekerja di rumah lebih cepat dibanding dulu saya bekerja dari HP. THANK YOU, GOD 🙂

Ciacia Bertumbuh 

Proses menyusui yg melelahkan berakhir juga. Hahaha. Bersyukur Ciacia gak susah makan. Bisa disapih dg baik (walau tetap ada drama pastinya, namun dalam seminggu sudah bisa lepas nenen dg baik). Bersyukur Ciacia secara umum sehat. Sakit kadang ada tapi pemulihannya cukup baik. Aktif secara linguistik (alias bawel) dan motorik (alias suka gerak, hahaha). Ciacia jg sudah bisa bilang kalo dia mau pup atau pipis. Yeay, biaya popok berkurang! Hahaha. Popok masih dipakai waktu tidur malam. Pelan2 ya Nak kita belajar kedewasaan dalam membuang hajat : p. THANK YOU, GOD!

Berkecukupan

Kami masih keluarga yg berjuang secara finansial. Ada banyak harapan dan keinginan yg masih kami perjuangkan untuk kualitas hidup yg lebih baik. Lebih produktif. Lebih memberkati. Namun saya juga menyadari betapa Tuhan benar2 sangat MENCUKUPKAN kami hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun. Bukan MELEBIHKAN. Apalagi MENGURANGI. MENCUKUPKAN. Terutama MELATIH HATI kami untuk berkata CUKUP. Saya rasa tidak habis-habisnya rasa syukur saya mengingat pemeliharaan dan pembentukan Tuhan dalam hal ini. THANK YOU, GOD! 🙂

Sadar Hidup Sehat

Dulu saya pengennnnnnnnnn banget bisa olahraga rutin. Cuma susah karena tinggal di toko sempit. Dulu juga mungkin karena stress, saya larinya ke makan (apalagi sambil jaga toko kue, sekalian bantu abisin dagangan hari itu, hahahahaha). Alhasil badan saya dan suami makin lebar dan melar. Huhu. Bersyukur banget belakangan kami mulai belajar lebih berkesadaran untuk hidup sehat. Kami masih mau produktif dalam bekerja dan berusaha. Bersyukurrr banget belakangan kami mulai belajar mengendalikan diri dalam perihal makan. Memaksakan diri untuk berolahraga secara rutin. Ini yang saya rindukan jaman dulu. Akhirnya jadi kenyataan, huaaaaa. THANK YOU, GOD! : )

.

Kalau diusahain, daftar masih bisa lebih panjang. Tapi saya rasa ini daftar utama saya. Terima kasih, Tuhan. Kiranya Tuhan terus melatih kami untuk selalu punya hati yang bersyukur. THANK YOU, GOD!

30 Agustus 2019

.

Ciacia ceritanya dapet kado sepeda roda 4 dr Akongnya pas ultahnya yg kedua Februari ini. Sebenernya anake masih blm sampe ngegowes. Sebenernya juga berkat ilmu dari teman kami yg gape bgt di bidang motorik anak, kami lbh pengen bocah main balance bike dulu sblm naik sepeda yg lbh besar. Semakin didukung pula dg bukti nyata anak sulung teman kami yg uda bisa naik sepeda roda 2 stlh pake balance bike dari kayu.

Daddynya tercetus ide bawa sepedanya buat dipermak di tukang las seketemunya di jalan. Gowesan dibuang, dipilox ungu lg, sadel diganti gbr princess (tadinya Hello Kitty). Macem Pimp My Ride versi toddler cuy! Alhasil jadi deh Balance Bike ala ala. Masih sedikit ketinggian buat bocah. Hopefully pas umur 3 uda bs gape make balance bikenya.

Pas Dipermak

Taraaaa😍

Pulang2 anaknya hepi sambil bilang “Terima kasih, Daddy. Daddy hebat ya!”. Mamanya lega krn jadi hemat ga osa beli balance bike yg ud jd wishlist dlm ati dia sejak lama wkwkw. Dan Daddynya bangga bgt entah krn uda berinovasi uhuy ala ala prikitiw atau ya memang bangga krn uda bikin sekeluarga hepi. Wkwkw.

Yg pasti kami belajar: 1. Bahagia itu sederhana, 2. Ada banyak hal yg mgkn ga semudah itu kami dapatkan, 3. Ada yg lebih mahal mgkn harganya ketimbang semua wishlist yg mau kami dapatkan dan hal tersebut namanya NIAT. Lebih cape, lebih repot, tdk instan, tp kalo dijalanin dg bijak, hasilnya ternyata cukup memuaskan. Bukan sekedar krn ada barang baru di depan mata. Tp kalo ditilik ke dalam, kami semakin lebih menghargai proses berdasarkan niat ketimbang hasil yg instan spt Indomie Seleraku.

Last words: Terima kasih, Daddy! Daddy hebat ya😂😘!

Archives

May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031